MEMILIH PASANGAN DI ERA HIV AIDS & LGBT
12 tahun sudah saya menangani pasien HIV, tepatnya sejak tahun 2005. Semua kasus yang ditemui memilukan seperti kasus berikut : Seorang pasien X, laki laki 30 tahun,pegawai swasta, pendidikan S2 ,menikah dengan Y ,30 tahun pendidikan S2 ,PNS.
Satu tahun setelah pernikahan yang melalui perjodohan, tn X dirawat kerena penurunan kesadaran akibat toxoplasma otak .Anamnesa yang dilakukan pada keluarga di peroleh data sebagai berikut:
1. Riwayat penyakit diare berulang
2. Berat badan menurun,
3. Gatal gatal,
4. Putih-putih pada lidah,
5. Sariawan berulang
6. Penurunan berat badan
Gejala ini sudah berlangsung sejak 6 bulan yang lalu.
Setelah di lakukan konseling pretest HIV keluarga menyetujui test HIV dan diperoleh hasil test HIV reaktif (Positif),keluarga amat terpukul,tak percaya,mereka perotes atas hasil lab tersebut
Kata mereka tn.X santun, ibadahnya bagus, pacaran saja tidak berani, tidak punya teman wanita, tidak merokok, tidak menggunakan narkoba, jd keluarga menganggap tidak mungkin tn X positif HIV.
Saya terangkan kembali pada keluarga inti bahwa HIV dapat ditularkan bila terpapar cairan sperma, darah, ASI, cairan kemaluan wanita, cairan dubur, melalui luka kulit, hubungan sex, narkoba suntik. Jadi untuk seseorang tertular HIV tidak harus berperilaku berisiko.
Ny.Y Yang sedang hamil tua sangat menyayangi suaminya, Tn.X dielus di cium kadang tidur disebelahnya.
Setelah 1 hari dirawat tn.X sadar, dan dari amamnesa dgn ybs ternyata tn X adalah seorang LSL (LGBT),gonta ganti pasangan.
Tn.X mengaku tidak tertarik wanita, 4 bulan yang lalu dia masih melakukan hubungan sex dgn pasangan laki lakinya.
Pernikahan dengan istrinya satu tahun yang lalu adalah hanya untuk memenuhi keinginan orang tuanya.
Sekali waktu iseng saya bertanya pada ny Y, kenapa begitu sayang pada Tn.X.
Menurut ny Y, suaminya amat pengertian,mau bantu belanja,memasak, mencuci, menggosok, mencuci piring, meskipun amat lelah pulang kerja.
Untuk mengetahui kondisi ny Y, dilakukan test HIV pada ny Y dan hasilnya ternyata reaktif (positif).
Setelah keadaan membaik pasien di pulangkan suami istri mendapat pengobatan ARV. 1 bulan kemudian tn.X dirawat lagi dan meninggal karena sepsis.
Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan istri dan keluarganya kalau mereka tau tn X LSL ( LGBT)....kalau lah istri jeli, dia tahu karakter suaminya yang feminim dan kalau saja dilakukan test hiv sebelum menikah pasti tidak tertular HIV.
Dari kasus diatas, Langkah bijak untuk yang mau menikah: lakukanlah Test HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C
----- RENUNGKANLAH -----
sumber : Facebook
Thursday, August 3, 2017
Home »
» Ceria seorang dokter tentang penanganannya kepada pasien HIV AIDS
0 comments:
Post a Comment