Pilihan pekerjaan bak pilihan hidup yang harus dijalani
meskipun diambil dengan keputusan sulit. Lia Baryana, 37, tidak menyangka
pekerjaan sebagai perawat yang digelutinya selama 19 tahun kini berubah haluan
ke ranah pengobatan herbal.
Wanita kelahiran Jakarta yang akrab disapa
Yana ini merupakan Keperawatan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 1997.
Yana mengakui, alasan dirinya terjun ke terapi herbal dilatarbelakangi dunia medis yang mempunyai
tingkat stres lebih tinggi.
"Kalau di medis tingkat stres lebih tinggi dibanding
di sini (herbal). Kalau di medis tanggung jawabnya lebih besar karena jam
kerjanya shift (bergantian), apalagi tugas
malam," kata Yana.
Akibat tuntutan kerja yang berat, Yana disarankan
seorang teman untuk bekerja sebagai terapis di sebuah tempat pengobatan herbal. Hal ini dikarenakan pekerjaan di pengobatan
herbal dinilai menjanjikan untuk masa mendatang. Bahkan, seseorang bisa membuka
klinik pengobatan herbal di rumah sendiri kelak.
Bagi Yana, sebenarnya yang terpenting adalah memperoleh
ilmu tambahan. Sebab menurutnya, pelatihan gratis untuk melakukan terapi juga
bisa membantu pelayanan kesehatan kepada pasien. Ia meyakini pilihan pekerjaan
di pengobatan herbal berada di jalan yang benar.
"Ini semua kan pengobatan nabawi
yang sesuai sunah Rasul ya bekam, akupunktur, dan lainnya. Terapi ini kan sudah
ada sejak lama juga," tutur Yana saat ditemui di Rumah Sehat
Herbal Insani Cabang I Depok, Depok, Jawa Barat pada Selasa lalu.
Bekerja Dapat Ilmu
Perbincangan kami makin hangat, Yana termasuk sosok
yang menyenangkan. Ia menceritakan perjalanan hidupnya yang dramatis. Pada awal
memasuki pengobatan herbal, ia merasa agak bingung karena pengetahuan dan
wawasannya soal pengobatan herbal sama sekali tak ia ketahui.
"Saya masih nol lah soal
pengetahuan herbal. Tapi di sini bisa dibilang kerja sekaligus dapat ilmu.
Intinya, kita belajar (terapi) sambil dapat gaji. Sebenarnya, tidak secara
fisik ditekankan ada pembatasan bagi pemula yang tidak bisa apa-apa. Semua
karyawan baru bisa masuk," ujarnya.
Alami Dilema
Ketika Yana pertama kali bergabung, ia juga diberikan
pelatihan dasar dari tempat kerjanya. Ia mengakui pindah bekerja di pengobatan
herbal memang agak bertentangan dengan ilmu pengobatan yang ia pelajari saat
menjadi perawat. Ilmu medis yang diperolehnya berbeda jauh dari pengobatan
herbal yang baru dipelajarinya.
Timbul banyak pertanyaan saat mempelajari terapi
bekam. Kalau luka usai dibekam terjadi infeksi apa yang harus dilakukan.
Setelah dipelajari lebih dalam manfaat terapi bekam ternyata tidak ada risiko
infeksi.
"Karena saya belum mengenal dan belum tahu
manfaatnya jadi bertanya-tanya. Namun, semenjak saya kenal bekam seperti apa,
manfaatnya gimana ya akhirnya dapat pelajaran juga," katanya.
Keahlian Yana tidak hanya terfokus pada satu terapi
saja, ia mempelajari seluruh jenis terapi yang ada di tempat kerjanya, seperti
bekam, akupunktur, dan pijat saraf. Pelatihan terapi ia peroleh dari tempat
kerjanya.
Pekerjaan Menjanjikan
Wajah Yana semakin cerah saat mengungkapkan bagaimana ia
menikmati pekerjaannya sebagai terapis herbal. Tingkat stres Yana lebih
berkurang. Ia juga mengatakan, beban kerja jadi lebih sedikit sehingga ia bisa
lebih nyaman.
"Kita kan tidak mungkin selamanya di rumah
sakit. Karena kita pada 'masanya' pasti mikir, mau ke mana. Kalau di sini
(pengobatan herbal), kita punya keahlian, entah pijat saraf, bekam atau
akupunktur. Kalau kita bosan kerja ya bisa buka di klinik. Kita juga bisa
menerima panggilan (terapi) untuk keluarga atau saudara,"
ungkap Yana.
Ikut Kursus di Luar
Bekerja di pengobatan herbal sangat menjanjikan.
Yana bisa mempelajari terapi tradisional lain. Dia bahkan diizinkan untuk
kursus di luar tempat kerjanya.
"Jadi, selama kerja di sini, saya minta izin untuk
ikut pelatihan akupunktur di tempat lain. Makanya, saya bisa kerja dan
pelatihan terapi. Intinya, dapat ilmu lah kerja di sini," jelasnya.
Ia menimpali, pelatihan terapi akupunktur yang ia ikuti
sebelumnya hanya pelatihan dasarnya saja, sehingga tidak sampai mendalami.
Sedangkan untuk pelatihan lain, seperti bekam dilakukannya selama tiga
bulan.
"Pada akhirnya, jam terbang yang akan membawa
seseorang itu bekerja. Kalau cuma ilmu saja tapi tidak dipraktikkan ya buat
apa. Jam terbang yang akan membuktikan seberapa jauh keahlian dan kemampuan
yang dimiliki," ungkapnya.
Selama sembilan bulan, Yana mengikuti kursus akupunktur.
Saat ditanya, apakah dirinya menghapal seluruh titik-titik akupunktur. Dengan
jujur, ia menjawab sambil tersenyum, "keterampilan akupunktur yang saya
miliki belum sampai ke taraf tinggi."
Untuk mencapai hapalan titik akupunktur harus mengikuti
ujian negara bidang akupunktur.
"Pelatihan akupunktur yang di luar itu sama sih untuk dasar-dasar akupunktur juga. Itu
kan kita belajar sendiri, nama-nama titik harus belajar sendiri. Dikasih buku, hapalin sendiri. Kalau kerja dan punya anak
kadang susah menghapalnya (titik akupunktur)," jawab Yana.
Pengalaman Berikan Akupunktur
Sebagian besar orang awam pasti bertanya, pernahkah
seorang terapis akupunktur salah menusukkan jarum ke pasien? Pertanyaan
menggelitik itu direspons manis oleh Yana.
"Paling cuma tusukan jarumnya enggak masuk ke titik
yang dituju. Sebenarnya, kalau akupunktur tidak apa-apa asal main tusuk. Mau
tusuk di mana saja ya enggak apa-apa asal enggak pas ke sarafnya saja,"
jawabnya.
Tatkala memberikan akupunktur ke pasien, titik-titik
saraf memang perlu diketahui agar tusukan jarum dengan tepat mengarah ke titik
saraf yang dituju. Yana menambahkan, kedalaman tusukan jarum akupunktur juga
bisa dirasakan sesuai pengetahuannya.
"Sejauh ini, tusukan jarum akupunktur tidak bahaya.
Kecuali kalau di kepala ada titik-titik kepala tertentu untuk melumpuhkan orang
ya tidak boleh," ujarnya.
Yana mengatakan, ada titik meridien yang cukup
berbahaya karena efeknya bisa menidurkan atau membuat orang pingsan,
seperti misalnya di kepala. Jadi seorang terapis juga perlu hati-hati.
Cara Pasien Diberi Terapi
Di tempat kerja Yana, pasien yang akan mengikuti terapi
akan diberikan konsultasi terlebih dahulu. Seperti misalnya mengenai terapi apa
yang cocok dilakukan sesuai rekam medis kesehatannya. Misal, pasien ingin pijat
saraf akibat keseleo, pegal, dan kejepit. Pasien juga bisa dibekam. Biasanya
ada paket-paket tertentu mau bekam, pijat, dan akupunktur bisa diikuti pasien.
"Kalau peredaran darah sudah lancar dengan pijat
saraf. Akupunktur berfungsi menyeimbangkan peredaran darah. Jadi, tergantung
keluhan pasien dan butuhnya apa, tergantung kasus dia apa. Dilihat dari hasil
darah dan hipertensi juga. Sebelumnya, kita bertanya keluhan pasien apa. Nanti,
ada data laporan yang diisi pasien sendiri," jelas Yana.
Contoh lainnya, ketika pasien diperiksa kolesterol
dan tensinya tinggi, terapi yang disarankan bisa terapi bekam. Bagi pasien yang
sudah hapal jadwal bekam, ada tanggal sunah rutin di tanggal ganjil, seperti
tanggal 17, 19, dan 21.
Lain pula, kalau pasien merasa pegal-pegal, nyeri sendi,
asam urat akan diperiksa terlebih dahulu. Jika tidak ada persoalan serius,
berarti peredaran darah pasien tidak lancar. Hal itu bisa diberikan obat herbal
saja. Ada juga pasien yang tidak ada keluhan apapun tapi ingin badan enak.
Kalau begini, pasien bisa langsung pijat.
Saat ditanya apakah seseorang boleh mengambil banyak
terapi? Yana menuturkan, pada kondisi tertentu, pasien tak perlu mengambil
banyak terapi. Sebab terapi bekam misalnya, sifatnya adalah mengambil energi
sehingga tidak disarankan setelah bekam melakukan terapi lain karena akan
membuat daya tahan tubuh pasien akan lemah.
Yana menegaskan, pasien yang dibekam harus memenuhi
syarat tertentu: dilarang pada saat dan baru selesai haid dan tidak boleh
lakukan bekam saat kekenyangan atau setelah makan. Pasien harus menunggu
beberapa jam setelah makan agar tidak mual dan muntah.
"Karena makanan yang dimakan bisa saja keluar. Saat
bekam, lambung akan ditarik oleh cop bekam. Pasien juga tidak diperbolehkan
bekam kalau belum tidur karena energi yang dikeluarkan saat bekam akan membuat
pasien pingsan atau kelelahan. Selain itu, pasien yang menderita penyakit
menular. Cop bekam harus punya sendiri." katanya.
Kendala Pasien
Selama menjalani pekerjaan sebagai terapi, Yana tidak
pernah dikomplain dari pasien yang melakukan terapi. namun pasien kerap
menunggu lama dan sering memilih terapisnya sendiri.
"Di sini kurang sumber daya manusia (SDM), paling
pasien tidak mau nunggu lama. Padahal, terapi butuh waktu lama. Ada yang
terapi butuh satu hingga dua jam, tergantung paketnya juga. Ada yang pengen bekam lalu totok wajah. Biasanya
penumpukan pasien. Kalau sudah begitu, ya kita sarankan dialihkan ke cabang
lain," ujar Yana.
Seperti karyawan lain, Yana bekerja selama enam hari
dalam seminggu. Ia hanya mendapatkan jatah libur satu hari. Jatah libur tidak
tentu dan digilir antara hari Senin-Jumat. Pada hari Sabtu-Minggu, karyawan
tidak diperbolehkan libur karena pasien cukup banyak yang datang berobat.
Permintaan Terapis di Luar Tempat Kerja
Di lingkungan sekitar rumahnya, Yana yang dikenal sebagai
perawat sudah biasa membantu ibu-ibu melahirkan. Apalagi semenjak beralih
profesi ke pengobatan herbal, tetangga dan saudara juga kerap minta dibekam dan
dipijat.
Tapi ia mengungkapkan, kadang ia tidak bisa membantu
orang-orang terdekatnya karena ia sering pulang malam dari tempat kerjanya. Tak
ayal, ia hanya membantu satu atau dua orang saja dalam seminggu.
"Kecapekan juga di sini. Kalau sempet ya
ambil tapi enggak banyak waktu. Waktu habis ke sini (klinik) semua. Paling
kalau libur juga sibuk sama anak karena cuma satu hari liburnya. Untuk
alat-alat, saya punya lengkap di rumah," ucapnya.
Yana sudah berniat, ia ingin mandiri suatu hari nanti.
Ia ingin punya klinik di rumah sehingga bisa bebas libur dan tidak ada yang
melarang. Jika lelah, terapi bisa dikerjakan di rumah.
Pelayanan Langsung ke Pasien
Hujan makin deras tatkala kami masih
berbincang seru. Pilihan pekerjaan ke pengobatan herbal, kata Yana, didukung
orangtua dan keluarga.
"Ada juga yang bilang, 'sayang juga
dari perawat jadi tukang pijit atau apa lah orang awam nyebut-nya.
Saya pikir, enggak jadi masalah. Toh, sama-sama pelayanan ke pasien
dan ngobatin pasien. Kesembuhan milik Allah SWT, kita jadi
perantara yang membantu menyembuhkan pasien," katanya tersenyum.
Ada kepuasan sendiri melihat orang bisa
berobat dan sembuh. Ia berupaya niatkan pekerjaannya ini sebagai ibadah.
Ia lebih nyaman dengan waktu kerja yang tidak seperti perawat. Kini, ia bekerja
selama delapan jam sehari.
Salah satu hal yang membuat hatinya
senang, misalnya ketika Yana bersama rekan-rekan di tempat kerjanya
mendapatkan kejutan dari para pasien. "Pernah ada yang memberikan
bingkisan sebagai wujud rasa terima kasih atas pelayanan yang diberikan. Ada
saja yang berikan bingkisan. Bahkan ada yang bawa makanan dari rumah hasil bikinan
sendiri," pungkasnya.
Nama Lengkap: Lia Baryana
Tempat/Tanggal lahir: Jakarta, 9 Maret 1979
Agama: Islam
Status: Single Parent
Riwayat Pendidikan:
Keperawatan RS Cipto Mangunkusumo - Angkatan Lulus 1997
Riwayat Pekerjaan:
Tenaga Medis RSCM (1997-1998)
Tenaga Medis RS Polri (1999-2004)
Tenaga Medis Klinik Bahar (2008-2010)
Terapis/Supervisor Rumah Sehat Herbal Insani Cabang I
Depok (2010-sekarang)
Sumber: liputan6
0 comments:
Post a Comment